Hatiku tertampar oleh jasamu
Guru
merupakan pahlawan tanpa tanda jasa, ya itu pasti pemikiran semua orang ketika
di Tanya siapa guru itu. Apakah tidak ada definisi lain? Yakinkah itu pemikiran
kita sebenarnya? Atau hanya kereflek-kan kita karena terlalu sering mendengar
istilah dari kata guru seperti itu. Mungkin ketika kita benar-benar
merenunginya jawaban kedua adalah jawaban terbenar selama ini. Di sini saya
ingin sekali mengajak teman- teman untuk merenungkan sekali lagi bahwasannya
arti dari guru bukan hanya sekedar itu. Seorang guru pun hanyalah seorang
manusia yang sama seperti kita, seseorang yang mengikuti passionnya untuk
memberi ilmu, berbagi cerita dan gemar berdiskusi.
Bayangkan
ketika seorang guru adalah seorang kepala rumah tangga, anggap saja kepala
rumah tangga tsb bukanlah Pegawai Negeri Sipil. Anggaplah statusnya masih
Honorer. Lalu memiliki istri dan anak – anak yang juga memiliki kebutuhan untuk
hidup dan pendidikan. Sangat miris ketika sadar bahwasannya gaji guru di
Indonesia tidak wajar. Jauh di bawah rata- rata. Jauh di bawah UMR. Padahal
seorang guru mengenyam Pendidikan yang sama lamanya dengan seorang Akuntan,
bahkan kadang lebih tinggi dari seorang Artis. Tapi kenapa tidak ada dari kita
tersadar mereka memperjuangkan kita agar terbebas dari kebodohan? Dari kerendahan
? mereka rela mengabdi walau penghasilan hanya dapat menghidupi keluarganya.
Sedangkan kita yang bukan guru, mayoritas mampu memberi keluarga kita dari
sekedar untuk hidup.
Lalu
ketika semua sudah terjawab oleh batin kita, pantaskah kita untuk menuntut
seorang guru sesuai idaman kita, tapi tanpa kita tau bahkan tanpa kita sadar mereka
sudah bersedia mengabdi walau tidak dapat memberi lebih kepada keluarganya.
Saya pun sebagai penulis menyadari ini adalah tulisan yang juga menampar diri
saya sendiri. Saya merasa amat sangat tidak pantas menuntut seorang yang sangat
mulia untuk mengikuti ego saya. Tapi tidak munafik juga kalau semua orang pasti
menginginkan seorang guru yang mampu mengerti kita, yang tidak banyak memberi
pekerjaan rumah, yang tidak bawel dan tidak galak ketika kita berisik walau
kita tau sebenarnya itu adalah untuk kebaikan kita.
Kembali
ke titik awal lagi, saya rasa tidak sepantasnya kita mengikuti ego kita hanya
untuk mengharap ada guru ideal di dunia ini. Saya yakin semua guru menginginkan
kesuksesan untuk muridnya, walau setiap guru berbeda cara dalam menyampaikan
ilmunya.
Semoga
segala ilmu yang mengalir mampu menerangi jalan menuju surga NYA nanti. Semoga
juga banyak orang tersadar untuk segera memberi penghargaan lebih kepada
pahlawan tanpa tanda jasa dan akan banyak anak muda yang mau dengan tulus
menjadi generasi penerus dalam pengabdian tanpa tanda jasa.
Komentar
Posting Komentar